Selasa, 16 Oktober 2018

Pelajaran tentang Ketulus Iklasan

Suatu saat ketika aku masih duduk di teras Gedung
di salah satu kompleks sekolah.

Seorang nenek tua menawarkan dagangannya, kue traditional.
Satu plastik harganya lima ribu rupiah. Aku sebetulnya tidak berminat,
.....tetapi.....
karena kasihan aku beli satu plastik.

Si nenek penjual kue terlihat letih dan duduk di teras tak jauh dariku. Kulihat masih banyak dagangannya.

Rasa kue nya cukup enak.

Sayapun tergerak... Untuk....beli lagi
Buat oleh oleh orang di rumah

Saya Beli lagi  ....saya keluarkan uang 50.000, saya Beli lagi Nek..... (saya beli 10 plastik....kasih bonus 1 ya nek)
Nenek tersenyum dan ditambah 1 plastik lagi.... Jadi dapat 11 plastik.

πŸ”œπŸ”œπŸ”œπŸ”œπŸ”œπŸ”œ

Tak lama kemudian kulihat seorang anak lelaki dari komplek sekolah itu mendatangi si nenek.
Aku perkirakan bocah itu baru murid kelas satu atau dua.

Dialognya dengan si nenek jelas terdengar dari tempat aku duduk.

“Berapa harganya Nek?”
“Satu plastik kue Lima ribu, nak”, jawab si nenek.

Anak kecil itu mengeluarkan uang lima puluh ribuan dari kantongnya dan berkata :

“Saya beli 10 plastik, ini uangnya,
..... tapi .....
buat Nenek aja kuenya ...kan bisa dijual lagi.”

Si nenek jelas sekali terlihat ber-binar2 matanya :

“Ya Tuhan, terima kasih  banyak nak. Puji Tuhan...ya Tuhan kabulkan Doa saya utk beli obat cucu yg lagi sakit.” Si nenek langsung jalan.

Refleks aku panggil anak lelaki itu.

“Siapa namamu ? Kelas berapa?”
“Nama saya Radit, kelas 2, pak”, jawabnya sopan.

“Uang jajan kamu sehari lima puluh ribu?'”

” Oh .. tidak Pak, saya dikasih uang jajan sama papa sepuluh ribu sehari.
.... Tapi....
saya tidak pernah jajan, karena saya juga bawa bekal makanan dari rumah.”

“Jadi yang kamu kasih ke nenek tadi tabungan uang jajan kamu ?”, tanyaku semakin tertarik.

“Betul Pak, agar setiap seminggu sekali saya bisa sedekah Lima puluh ribu rupiah.
Dan sesudah itu saya selalu berdoa agar Tuhan berikan pahalanya untuk ibu saya yang sudah meninggal".

Aku pegang bahu anak itu :

” Sejak kapan ibumu meninggal, Radit?”
“Ketika saya masih TK kecil, pak”

Tak terasa air mataku menetes :

“Hatimu jauh lebih mulia dari aku Radit, ini aku ganti uang kamu yg Lima puluh ribu tadi ya…”,

kataku sambil menyerahkan selembar uang seratus ribuan ke tangannya.

Tapi dengan sopan Radit menolaknya dan berkata :

“Terima kasih banyak, Pak… Tapi ...untuk keperluan bapak aja,
saya masih anak kecil tidak punya tanggungan… Tapi ....
bapak punya keluarga…. Saya pamit balik ke kelas Pak”.

Radit menyalami tanganku dan menciumnya.

“Tuhan menyertaimu nak ..”, jawabku lirih.

Aku pun beranjak pergi, tidak jauh dari situ kulihat si nenek penjual kue ada di sebuah apotik.
Bergegas aku ke sana, kulihat si nenek akan membayar obat yang dibelinya.

Aku bertanya kepada kasir berapa harga obatnya. Kasir menjawab : ”sembilan puluh ribu rupiah..”

Aku serahkan uang yang ditolak anak tadi ke kasir : ” Ini saya yang bayar… Kembaliannya berikan kepada si nenek ini..”

“Ya Tuhan.... Pak…”

Belum sempat si nenek berterima kasih, aku sudah bergegas meninggalkan apotik… .... dengan AIR MATA membasahi pipiku.

"karena saya menyesal.... 
Mau memberkati nenek... tadi....tapi dengan pamrih... Minta bonus 1 "
.....sedangkan....
anak SD tadi.... memberkati... dengan tulus... ikhlas..., 
bahkan kuenya pun... diberikan kembali kepada si nenek.... untuk dapat dijual lagi.

Hari ini saya..... Mendapat...
PELAJARAN BERHARGA.
.....bagaimana memberi dengan tulus,  ikhlas.....

Sahabat.., ada kalanya seorang anak
Lebih jujur
Lebih tulus
Lebih ikhlas
dari pada orang dewasa,

Kita harus ajarkan....
anak-anak kita sedari dini
tindakan nyata yang bukan teori semata.
.....dan kita harus menjadi contoh....

KADANG... Tanpa disadari....
kita lebih sering menawar.....(habis habisan) jika belanja... di pasar.
Sekalipun kepada pedagang sayur nenek nenek tua / orang-orang  kecil

......tapi.....

Seringkali kita makan di restaurant mewah tidak pernah menyesal membayar berapapun.
Tapi dengan orang miskin kita menekan mereka, untuk dapat beli murah...

Minggu, 22 Juli 2018

BAGAIMANA MENJUAL SISIR KEPADA ORANG YANG BOTAK

Sebuah perusahaan membuat tes terhadap tiga calon staf penjual barunya. Tesnya unik, yaitu: Menjual sisir di komplek Biara Shaolin!. 

Tentu saja, ini cukup unik karena para biksu di sana semuanya gundul dan tak butuh sisir.  
.
.
Kesulitan ini juga yang membuat calon pertama hanya mampu menjual satu sisir. Itupun karena belas kasihan seorang biksu yang iba melihatnya.  
.
.
Tapi, tidak dengΞ±n calon kedua. Ia berhasil menjual 10 sisir, ia tidak menawarkan kepada para biksu, tetapi kepada para turis yang ada di komplek itu, mengingat angin di sana memang besar sehingga sering membuat rambut jadi awut-awutan. 
.
.
Lalu bagaimana dengan calon ketiga? Ia berhasil menjual 500 sisir..!!  
.
.
Caranya? Ia menemui kepala biara. Ia lalu meyakinkan jika sisir ini bisa jadi souvenir bagus untuk komplek biara tersebut. Kepala biara bisa membubuhkan tanda tangan di atas sisir-sisir tersebut dan menjadikannya souvenir para turis. Sang kepala biara pun setuju. 
.
.
Apa yang sering kita anggap sebagai penghambat terbesar dlm usaha atau karier? 
Bukankah kita sering kali menyalahkan keadaan?   
Dan inilah yang membuat calon pertama gagal. 
Sementara calon kedua, sudah berpikir lebih maju. 
Namun ia masih terpaku pada fungsi sisir yang hanya sebagai alat merapikan rambut.  
.
.
Tapi calon ketiga sudah berani berfikir di luar kotak ( THINKING OUT OF THE BOX ), berfikir diluar kelaziman. 

Dia bukan hanya berani berpikir bahwa sisir bukan hanya alat merapikan rambut, melainkan bisa menjadi souvenir. 
.
.
Kita tidak bisa mengatur situasi seperti yang kita kehendaki. 
Tapi, kita bisa mengerahkan segenap potensi kita untuk mencari solusi. 
.
.
“Segenap potensi” bukan hanya terbatas otot atau kerja keras, tapi juga pikiran, ilmu, intuisi dan kerja cerdas.  
Pendek kata, kreatifitas akal, ketekunan dan kesabaran . 
Itulah potensi dalam diri kita dari Tuhan yang dapat dipergunakan .

Bagi orang yg sadar akan kebesaran Tuhan dalam dirinya, kegagalan hanyalah sukses yang tertunda.  

Bagi orang malas, kegagalan adalah takdir.

SELAMAT BERAKTIFITAS..
SELAMAT PAGI.....
πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ’ͺ🏾

FOKUSLAH...Jangan Sibuk Mengurusi Orang Lain

Ada Seorang Anak yang Setiap Hari Rajin ke Pura,
Lalu Suatu Hari Ia Berkata Kepada Ayahnya, 
*"Yah Mulai Hari Ini, Saya Tidak Mau ke Pura Lagi"*

*"Lho kenapa?"*, Sahut Sang Ayah, 
*"Karena di Pura Saya Menemukan Orang2 yang Kelihatannya Agamis Tapi Sebenarnya Tidak, Ada yang Sibuk dengan Gadgetnya, Sementara yang Lainnya Membicarakan Keburukan Orang Lain"*.

Sang Ayah Pun Berpikir Sejenak dan Berkata ; *"Baiklah Kalau Begitu,* *Tapi Ada Satu Syarat yang Harus Kamu Lakukan Setelah itu Terserah Kamu"*

*"Apa itu?"* ,
*"Ambillah Air Segelas Penuh, Lalu Bawa Keliling Pura, Ingat Jangan Sampai Ada Air yang Tumpah"*

Si Anak pun Membawa Segelas Air Berkeliling Pura dengan Hati2, Sehingga Tak Ada Setetes Air pun yang Tumpah.

Sesampai di Rumah, Sang Ayah Bertanya ; *"Bagaimana Sudah Kamu Bawa Air itu Keliling Pura?"*, 
*"Sudah"*. Sahut Si Anak

*"Apakah Ada yang Tumpah?"*, Tanya Sang Ayah
*"Tidak"*. Jawab Si Anak

*"Apakah di Pura Tadi Ada Orang yang Sibuk dengan Gadgetnya?"*.

*"Wah, Saya Tidak Tahu Karena Pandangan Saya Hanya Tertuju pada Gelas ini"*, Jawab Si Anak.

*"Apakah di Pura Tadi Ada Orang2 yang Membicarakan Kejelekan Orang Lain?"* tanya Sang Ayah lagi, 
*"Wah, Saya Tidak Dengar Karena Saya Hanya Konsentrasi untuk Menjaga Air dalam Gelas ini"*. Sahut Si Anak Lagi

Sang Ayah pun Tersenyum lalu Berkata, *"Begitulah Hidup Anakku,*
*Jika Kamu Fokus Pada Tujuan Hidupmu, Kamu Tidak Akan Punya Waktu untuk menilai Kejelekan Orang Lain.*
*tdk ada waktu utk mengurusi urusan orang lain*
*Jangan Sampai Kesibukanmu Menilai Kualitas Orang Lain Membuatmu Lupa Akan Kualitas dirimu"*.

Mari Kita *Fokus* Pada Diri Sendiri dalam Beribadah, Bekerja, Bermasyarakat Secara Sosial dan Terus Menerus Berbenah Menjadi Positif.
*jangan sibuk dg urusan orang lain, atau sibuk menanggapi apa yg orang lain katakan*

*Semoga Kita Menjadi Lebih Baik dan Lebih Bermanfaat*.

*Selamat Tahun Baru 2018*